Kemarau
baru saja berlalu dan malam ini untuk yang pertama kalinya di pergantian musim butiran
air hujan jatuh dari langit yang seakan mengerti betapa bumi merindukannya,
menanti kedatangannya yang sekian lama tak kunjung jatuh menbasahi permukaan,
dan bumi pun menyambut laksana kekasih yang hadir kembali dalam pelukan. Ya.. seorang
kekasih yang selalu membawa kesejukkan, kedamaian dan kebahagian. Kini
penantian panjang itu telah terbalas sudah, hujan turun dengan tenangnya...alampun
terbuai, gemericik butir hujan menerpa, tetes demi tetes seakan bergantian
menyentuh tanah, wangi hujan yang tak pernah berubah... entah berapa musim
sudah terlewati sendiri seperti ini, sekian lama menginginkan menanti
kehadirannya berharap hujan akan membawa dia kembali kesini. Aku suka segalanya
tentang hujan, apa yang ditinggalkan setelahnya, mengingatkan pada sosoknya.
**
Hujan turun tanpa tanda seakan
memberikan kejutan untuk semua orang yang tengah menikmati waktu santai di
akhir pekan. Mereka yang tak ingin berbasah-basah langsung berlari menyelamatkan
diri dari tetesan air langit. Sementara aku hanya mematung di tempatku berada,
membiarkan rintikan hujan menyentuh wajah dan seluruh tubuh.. sengaja kulakukan
karena ingin bermandi hujan, hal yang dulu suka kulakukan saat masih kecil.
Namun tiba saja seseorang berlari mendekat dan memayungkan kedua tangannya di
atas kepalaku, sosok tinggi berkulit bersih dengan alis tebal, hidung mancung
dan raut muka yang bisa kupastikan semua gadis suka.. rambut lurusnya yang
dibiarkan sedikit memanjang hingga bagian belakang menyentuh krah kemeja biru
yang dikenakannya, kemeja lengan panjang yang sengaja digulungnya, tampilan
yang sederhana tapi dia terlihat menawan, satu kata yang cukup mewakili untuk
kesan yang kuberikan saat pertama kali melihatnya. Menatap wajahnya membuat
hati berdegup tak karuan seolah nafasku ikut tak beraturan. Kucoba untuk
kendalikan diri menyadari kenyataan di depan mata yang memang tak pernah
terbayang sebelumnya. Tetesan hujan yang mengenai wajahnya menambah pesona yang
sejak tadi menguasaiku. Sulit ku gambarkan, yang jelas ku temui sosok idaman
dalam diri pria ini.
“oh
Tuhan, pangeran kah yang di depanku ini??” ucapku dalam hati, tak percaya
dengan apa yang ada dihadapanku di tengah ritik hujan.
“apa
yang lu lakuin?! Udah tahu hujan bukannya berteduh malah diem disini!”. “dia
bersuara!!” pekik ku dalam hati. Sekali lagi aku dibuatnya tak biasa, suaranya
tegas membuatku makin geregetan berharap memiliki si empunya suara, ah kenapa
otak ku jadi kacau berpikir seolah-olah hal baik akan berlanjut seperti yang ku
inginkan, entahlah semoga saja, tapi memang dia sangat berkharisma.
Masih
sedikit terkejut dengan kedatangannya yang tiba-tiba dan rasa deg-degan ini membuat
ku tak jelas mendengar apa yang dia bicarakan.
“lu
bisa sakit kalo lama-lama ada disini, dan gue juga gak mau kalo harus payungin
pake tangan dan ikut kehujanan!”
“lu
sapa?! Lagian sapa suruh !!” berpura-pura tak menginginkan kehadirannya namun
sebenarnya sangat mensyukuri apa yang terjadi kali ini. Tanpa menjawab
pertanyaan yang kulontarkan tiba saja dia menarik tanganku dan dengan sadar aku
mengikuti langkahnya, bergegas mencari tempat berteduh.
“thu
basah semua kan jadinya! Bisa masuk angin nie gue”.
“salah
sendiri kenapa lu repot banget ngurusin gue?”
“gue
Cuma gak mau lu sakit gara-gara kehujanan”
“gue
thu emank sengaja pengen maen hujan..lagian sakit juga bukan lu yang repot
kan?!”
“thu
kan dikasih tahu malah ngomel”
“udah
dhe gak usah sok peduli, emank lu thu sapa sih?!”
Sekali
lagi pertanyaan ku tak dapat jawaban dari mulutnya, ditengah rintik hujan aku
dan pria ini berdiri berdekatan, entah mengapa aku merasakan sesuatu yang
berbeda yang tak berani kuartikan. Merasa nyaman meski belum mengenalnya dan
menghirup aroma badan yang entah dari jenis parfum apa yang jelas wanginya aku
suka, membuatku betah berlama-lama dengannya. Hening, hanya terdengar bunyi
hujan. Tak ada yang lain cuma aku dan dia menanti hujan, menanti apa yang akan
terjadi selanjutnya dan membiarkan waktu berlalu semaunya, mengikuti takdir Tuhan
yang telah mengirim pangeran rupawan untuk menemaniku berdiri disini. Aku
mencoba mengenali sosok disampingku dan kuyakini dia asing. Begitu penasaran
namun enggan mulut ini memulai percakapan hanya ingin tetap begini, berdiri didekatnya
hingga panas tubuhnya membuat ku tak lagi merasa dingin, atau mungkin karena
jantungku berdekup sangat cepat sejak dia berada disampingku, hampir tak ada
jarak, lengan kami saling bersentuhan.
“aku
Sam”. Dia membalikan badan dan menatap ku dengan sorot matanya yang bening, tak ingin ku akui namun rasanya mata itu
menghipnotisku jujur aku menyukainya, sangat menyukainya hingga aku tak sadar
telah begitu lama menatapnya. Sejak saat itu aku dan Sam menjadi dekat bahkan
sangat dekat dengan perasaan yang tak biasa. Tepatnya dia menjadi orang paling
berarti di hatiku untuk hari-hariku setelahnya. Begitupun dengan Sam yang
selalu menghadirkanku dalam setiap sedih dan bahagia yang dirasa. Saling
melengkapi terlebih dalam hidupku yang tak sempurna, hidup yang sebelumnya ku
pikir tak adil terhadapku, namun Tuhan telah mengirimnya untuk menjadi
penguatku, Sam bagai pelangi yang memberi warna indah dalam hidupku, kebahagiaan
yang selalu ingin kurengkuh tak ingin melepasnya. Dia pria yang sangat manis
perlakukanku meskipun semua perhatian coba disembunyikan dibalik sikap tegas
dan rasa gengsinya namun aku bisa rasakan kebaikan dan kasih yang diberikan
untukku.
***
Kicau
burung membangunkan tidurku, ku buka jendela kamar untuk merasakan sisa-sisa
hujan yang turun semalam, sejuknya embun pagi terasa merayap menyentuh pori-
pori kulit dan dalam sekejap merasuk memenuhi paru – paru bersama wangi bumi
yang ku hirup dalam-dalam.
Hari
ini langit terlihat sedikit mendung, baguslah karena aku benci terik matahari
yang menyengat yang membuat kulit gelapku makin terlihat merana, akan lebih
menyenangkan dengan suasana seperti ini. Aku putuskan untuk menghabiskan waktu
berada di taman kota yang jaraknya tak terlalu jauh dari rumah. Berjalan menyusuri
trotoar seorang diri.. terasa aneh memang tanpa teman tanpa tujuan jelas aku
berada di taman yang sepi, hanya ada beberapa pekerja taman yang terlihat sibuk merapikan
rumput.
“Huuft...tak
banyak berubah....masih seperti beberapa tahun lalu”, geming ku dalam hati.
Adalah
tempat dimana pertama kali bertemu dan mengenalnya.. masih lekat di ingatan
bagaimana hal itu terjadi, lima tahun lamanya tak mampu menghapus secuilpun
bagian alur cerita hingga menuntunku pada kenyataan sekarang ini. Setelah semua
yang terjadi tak mampu ku bertahan ditempat yang selalu mengingatkanku padanya.
Lima tahun lalu ku putuskan untuk pergi meninggalkan kota kecil tempatku
berasal dan memulai hidup baru yang kupikir akan membawa kebahagian lain
untukku namun tak semudah apa yang kuharapkan dan sekarang aku ingin berdamai
dengan kenangan yang ada. Kembali ketempat ini menghadapi perasaanku. Duduk di
ayunan, merasakan hembusan angin berlahan ku pejamkan mata, entah apa jelasnya
yang kurasakan, yang ku tahu hanya ingin kembali mengulang masa singkat lima tahun
lalu.
Sosok
yang begitu sulit untuk kulupakan apalagi
menggantinya dengan yang lain. Bukan berlebihan hanya mungkin inilah firt love yang akan selalu menghantui
ku. Waktu tak pernah mau mengantarakan ku kembali padanya meski ku tukar semua
waktu hanya untuk mengenangnya..
”Tuhan,
sampai kapan aku begini seolah kisah ku berhenti sampai di sini..?!” ku berucap
dalam hati berharap mampu temukan cara untuk mengakhirinya.
Namun
kenyataan, rasa ku untuknya menahan ku menjelajah berpetualang dengan mereka
diluar sana, lelah menunggu tak membuatku jerah dan meninggalkan ini semua..
Duduk
ditempat ini seakan membawaku kembali dalam masa itu, mengingat tentangnya
membuat ku bahagia sekaligus terluka, rasa rindu yang tak pernah tersampaikan
hanya mampu terurai dalam lamunan. Kilatan petir menyadarkanku, ternyata cukup
lama aku berada di taman hingga beberapa pekerja yang sebelumnya ada kini
meninggalkan ku sendiri di sini. Langit yang semakin gelap tak kuasa menahan
lebih lama lagi dan akhirnya hujanpun turun. Sementara aku tak peduli, tak
ingin beranjak pergi, sengaja membiarkan air hujan menerpa tubuh sebelum
akhirnya mengalir dan jatuh ke bumi. Berdiri ditempat yang sama berharap kali
ini dia benar-benar datang seperti saat itu, beberapa tahun lalu saat dimana
aku mulai temukan cinta dalam diri Sam.
Lama
aku bertahan ditengah derasnya hujan namun yang kunanti tak ada menghampir, tak
kan pernah. Tak kuasa menahan begitu sakit dengan semua kenyataan ini. Hujan
yang semakin deras seakan memintaku untuk menyerah. Air matapun tak sanggup ku
hentikan, menanggis meluapkan kesedihan dan kebodohanku lima tahun lamanya.
Perasaanku yang sia-sia, penantian kosong yang selalu ku coba ingkari,
pengharapan semu untuk menutupi penyesalan yang tak seharusnya terjadi. Dia
yang dulu hadir tiba-tiba membawa bahagia dalam hidupku namun kini pergi meninggalkanku,
aku yang tak pernah tahu kau datang untuk apa?! Ditengah hujan kau menghampiri
dan berikan kisah indah setelahnya namun kemudian tanpa permisi kau akhri
segalanya. Tanpa beri ku kesempatan bahkan untuk sekedar menatap wajahmu yang
terakhir kalinya, melepas pergi mu dengan segala ketidaksiapan hatiku.
Tuhan
maafkan aku yang telah membenci caranya meninggalkanku, ku tak mampu menghapus
dan relakan dirinya. Selama ini aku masih tetap menunggu namun hari ini aku
lelah dengan semua kebohongan yang ku buat. Aku harus relakan bahwa hujan pula
yang telah membawa Sam pergi untuk selamanya, membawanya kembali pada Mu dan
akhiri kisahnya denganku.
****
Jika
tetesan air langit cukup membuat ku untuk mengenangmu, maka lain jika kamu yang
malam ini jatuh dari langit, andai itu adalah Sam...
Semoga
kau tersenyum untuk ku dari atas sana. Tak pernah bisa ku sampaikan rasa rindu
yang begitu hebatnya namun sekali lagi aku suka segalanya tentang hujan tak
akan ku sesali itu. Aku percaya suatu nanti, entah kapan dan bagaimana, Tuhan
akan mengantarkan cinta lain untuk ku dengan rahasia-Nya akan ku temukan
seorang yang akan menjaga hati dan cintaku
menggantikan tugas yang belum sempat terselesaikan oleh mu karena sang
waktu tak mengizinkan kau lebih lama bersamaku. Berharap Tuhan tidak hanya
memberiku pelangi yang sesaat mengindahkan hariku namun Tuhan mengirim malaikat
penjaga yang akan bersamaku lebih lama untuk sisa waktu ku.
“Anggie,
kok belum tidur sih? Udah jam berapa sekarang, thu lihat hampir jam duabelas
lho...” tiba-tiba tante Tina membuka pintu kamar yang memang aku lupa untuk
memguncinya. “iya tante bentar lagi Anggie juga tidur..!” sedikit kaget dengan
kehadiran tante Tina, aku buru- buru menghapus air mata dan menyembunyikan
diary dibawah selimut. Tak ingin tante Tina melihat mata sembabku, aku beranjak
berdiri dan menutup tirai jendela kamar yang dari tadi sengaja ku biarkan
terbuka. “kamu cepetan tidur ya besok kan harus bangun pagi, jangan sampai
ketinggalan pesawat !!” tante pergi dan menutup pintu kamar.
Besok
adalah hari baru buatku, dimana aku akan mulai meraih masa depanku, setelah
lulus kuliah akhirnya aku mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan harapan, menjadi
dokter muda dipelosok wilayah Makasar untuk membantu memberikan pelayanan
kesehatan sebagai bentuk pengabdian yang merupakan langkah awal untuk karir
yang selama ini kuinginkan. Langkah awal yang akan merubah hidupku, berada
tinggal jauh dari keluarga, orang-orang yang kusayangi dan segala kenangan
untuk mengejar apa yang menjadi cita-citaku sementara ku pasrahkan segala jalan
dan takdir cintaku pada Tuhan, menikmati setiap detik berharga yang Tuhan
rangkai untukku, menyadari akan kasihnya yang selalu terlimpah penuh dengan
rencana. Aku percaya cinta akan datang dengan waktunya..
“
Tuhan jaga aku dalam mimpiku, berikan rahmat Mu saat ku buka mata ini
kembali...” jarum jam menunjukkan tepat pukul duabelas malam, seiring doa yang
ku ucap, mata ini tak kuasa menutup rapat, lelah yang teramat sangat membuatku
cepat terlelap. Dalam tidur kurasa damai atas semua yang telah Tuhan beri untuk
hari ini untuk selama ini, kurasakan bahagia meski belum kutemukan cinta dari
hati yang lain. Thank God. Ku tunggu kejutan indah Mu..sebagai pengganti
pangeran hujanku..yang telah benar-benar ku ikhlaskan pergi sejak hari ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar